Sejarah Gereja Anglikan Inggris yang Didirikan Raja Henry VIII
Salah satu jejak sejarah yang menarik adalah adanya sejarah Gereja Anglikan yang erat sekali kaitannya dengan Raja Henry VIII. Raja Henry VIII merupakan ayah dari Ratu Elizabeth 1 atau The Virgin Queen dan identik dengan visual super putih pada wajahnya.
Raja Henry VIII pada masanya terkenal sebagai laki-laki tidak setia karena tercatat menikah sebanyak enam kali. Ratu Elizabeth 1 merupakan anak dari Anne Boleyn, di mana Anne Boleyn ini memiliki peran penting bagi kehadiran Jemaat Anglikan di Inggris.
Sejarah Gereja Anglikan dari Latar Belakang Terbentuknya
Awal mula terbentuknya Gereja Anglikan dimulai karena penolakan Raja Henry VIII atas otoritas Paus Katolik di Roma. Penolakan raja tersebut kerap dikaitkan dengan aturan dalam Katolik bahwa umatnya tidak boleh menikah sebanyak dua kali. Namun, pada saat itu raja yang sudah menikah dengan Catherine the Aragon ingin menikahi Anne Boleyn sehingga nekat melepaskan diri dari ajaran Katolik dan mendirikan gereja sendiri.
Dalam Katolik tidak ada perceraian, namun Henry bersikeras berpisah dari Catherine. Untuk pertama kali Anglikanisme ini berjalan dari abad ke-16 dan 17. Kala itu ajaran Anglikanisme tertuang dalam Buku Doa Umum susunan Thomas Cranmer. Ketika masa reformasi mengikuti para penjelajah, penjajah, misionaris, pedagang ke seluruh dunia. Dalam sejarah Gereja Anglikan di Inggris telah terbentuk Konferensi Lambeth yang digelar setiap 10 tahun sekali di Lambeth Palace.
Konferensi ini tidak mengharuskan para pihak terlibat dan tidak harus juga disetujui oleh masing-masing tempat peribadatan. Konferensi Lambeth untuk pertama kali digelar pada 1867 dan menjadi penentu kehadiran serta perkembangan Anglikanisme di seluruh dunia. Siapa sangka keinginan Raja Henry VIII untuk menikahi Anne Boleyn menyebabkan reformasi besar-besaran terhadap umat Nasrani.
Keimanan Persekutuan Anglikan
Tempat ibadah yang diinisiasi oleh penguasa Inggris pada masanya ini memang menolak otoritas Katolik yang melarang menikah dua kali. Namun, tidak lantas sama juga dengan Protestan yang merupakan salah satu bagian dari kepercayaan Kristen. Anglikanisme berdasarkan sejarah Gereja Anglikan merupakan jalan tengah dari Katolik Roma dan Gereja Protestan. Kitab suci yang digunakan juga masih Alkitab dengan gabungan Perjanjian Lama atau disebut juga dengan Alkitab Ibrani maupun Perjanjian Baru.
Anglikanisme mempercayai dua pengakuan, diantaranya Pengakuan Rasuli dan Pengakuan Iman Nicea sebagai dasar keimanan mereka. Umat ini hanya mempercayai dua buah sakramen, diantaranya ekaristi dan baptisan. Jauh lebih sederhana dari kepercayaan Katolik. Sekalipun begitu, umat ini tetap menghormati penahbisan, pengukuhan, pernikahan, pengurapan orang sakit, serta rekonsiliasi orang tobat. Anglikanisme tetap menghadiri ibadah Minggu dan mengakui Paskah serta Natal sebagai Hari Besar mereka.
Berdasarkan sejarah Gereja Anglikan, peribadatan yang dilakukan ada banyak ragamnya. Mulai dari nyanyian mazmur, doa, ekaristi, pembacaan injil, serta khotbah. Pada abad ke-20 kepercayaan ini aktif dalam Gerakan Ekumenis dengan gerakan persatuan Nasrani sedunia. Sama halnya seperti dalam Islam, ada golongan-golongan tertentu, demikian juga dalam kepercayaan Nasrani. Tuhan yang dipercayai satu, namun detail mengenai cara beragama, beribadah, menyikapi sesuatu, dan mempercayai aturan tertentu ada sedikit perbedaan.
Anglikanisme hampir mirip dengan Protestan di mana mereka mengimani kepercayaan terhadap tritunggal. Namun, anglikanisme justru menolak kepercayaan Katolik Roma terkait api penyucian dan beranggapan bahwa keselamatan hanya berdasar pada penyaliban Yesus.
Perkembangan Ajaran Gereja Anglikan
Terbentuknya sejarah Gereja Anglikan dari inisiasi Raja Henry VIII ini menyebabkan perkembangan kepercayaan umat Nasrani sampai hari ini. Kepercayaan Anglikan tersebut tersebar luar hampir ke seluruh dunia dengan akar kepercayaannya dari Inggris. Perkembangan anglikanisme ini salah satunya terlihat dari Konferensi Masa Depan Anglikan Global atau GAFCON di Yerusalem. Pada saat itu tahun 2008 di mana konferensi dihadiri oleh Afrika, Australia, Inggris, Amerika Utara, sampai dengan Asia.
Perkembangan kepercayaan yang disebut jalan tengah atau the middle way ini juga tersebar luas di Amerika Serikat. Selama era kolonial, Gereja Anglikan bisa ditemukan di Virginia, New York, Carolina Utara, Maryland, Carolina Selatan, sampai ke Georgia. Seiring waktu, sejarah Gereja Anglikan di Amerika Serikat juga membentuk organisasi independen. Di mana akhirnya Anglikanisme Amerika Serikat ini menamai Gereja Episkopal Protestan sebagai tempat untuk mereka beribadah.
Tempat ibadah ini secara legal dan independen berdiri sejak 1785 dan memiliki sebanyak 1,9 juta pengikut. Anglikanisme ini memiliki cara pandang yang unik terutama pada 1992 ketika mengeluarkan keputusan mengejutkan di mana perempuan diperbolehkan menjadi imam. Cerita panjang tentang pengukuhan perempuan sebagai imam ini tentu tidak mulus begitu saja. Tidak sedikit pihak oposisi yang menentang, meskipun kemudian pada 2014 rancangan UU pengudusan perempuan sebagai Uskup telah terbentuk secara sah.
Perkembangan atas kepercayaan jalan tengah atau the middle way tersebut tersebar luas sampai ke Indonesia. Dipercayai sebagai jalan tengah antara Protestan dan Katolik, kepercayaan ini memiliki sejarah Gereja Anglikan yang sangat panjang dan menarik.