4 Tahap dalam Proses Terbentuknya Hujan
Pernahkah kamu bertanya-tanya tentang seperti apa proses terbentuknya hujan? Bagaimana air yang biasanya ada di permukaan tanah bisa naik sampai ke langit dan pada akhirnya jatuh kembali ke daratan?
Sebelum membahas lebih lanjut tentang penyebab hujan dan proses terjadinya, kamu perlu tahu dulu apa itu hujan. Jadi, hujan adalah proses jatuhnya butiran air dari awan menuju ke daratan. Air hujan merupakan sumber kehidupan bagi Bumi, termasuk bisa menjadi pembangkit listrik dan untuk kebutuhan industri.
Proses Terbentuknya Hujan
Proses hujan erat kaitannya dengan siklus hidrologi Bumi. Menurut situs NASA, ada banyak proses yang akan dilewati agar air Bumi bisa tetap bergerak dalam satu siklus, dan siklus inilah yang dinamakan hidrologi.
Pada siklus ini, terdapat lima proses. Secara bersama-sama, kelimanya terus menerus terjadi dan inilah yang menyebabkan hujan. Inilah lima proses tersebut:
1. Evaporasi
Penguapan air atau dikenal juga dengan istilah evaporasi berada di urutan pertama pada proses terbentuknya hujan di planet Bumi. Jadi, berbagai sumber air yang ada di Bumi, seperti sungai, waduk, danau, dan laut akan mengalami proses penguapan.
Penyebabnya adalah suhu Bumi yang memanas karena matahari. Penguapan sendiri adalah air yang berubah menjadi uap air karena adanya suhu panas. Nah, air yang menguap tadi akan secara perlahan naik ke bagian atmosfer Bumi.
Setelah di atas, kumpulan uap air akan berubah menjadi gumpalan yang dikenal dengan awan. Seberapa besar awan tergantung pada jumlah uap air, dan uap air sendiri tergantung pada suhu udara di Bumi. Faktor ini pula yang bisa membuat hujan bisa sedikit atau deras.
2. Transpirasi
Selain penguapan pada sumber air seperti di atas tadi, ada juga penguapan pada jaringan makhluk hidup atau dalam hal ini bisa disebut tanaman. Prinsipnya sama dengan evaporasi, yaitu berubahnya air menjadi uap air. Bedanya terletak pada jumlah uap air yang lebih sedikit jika dibanding dengan evaporasi.
3. Kondensasi
Pada siklus terjadinya hujan tahap kedua adalah kondensasi, yang merupakan istilah lain untuk menyebut pengembunan. Setelah uap air mengalami tahap pertama di atas, sekarang uap air akan mengalami pengembunan.
Proses ini membuat uap air yang telah ditampung di dalam awan berubah menjadi partikel-partikel es dengan ukuran sangat mini. Partikel-partikel ini akan saling menabrak, mengembun, dan pada akhirnya berkumpul jadi satu di dalam gumpalan awan.
Saat partikel-partikel ini saling mendekat dan berkumpul, dikenal dengan istilah “koalesensi”. Pada tahap ini, diperkirakan bahwa partikel es memiliki ukuran jari-jari sekitar 5-20 mm. Terkait kondensasi, ada satu catatan penting nih yang perlu kamu ingat, yaitu tidak semua air yang mengembun akan menjadi awan.
Sebagian air yang mengembunnya masih dekat dengan tanah sehingga tidak berubah menjadi awan, dan sebagian lainnya ada yang mengembun di udara atau dikenal dengan kabut. Jadi, proses pengembunan tadi tidak selalu terjadi saat air sudah naik ke atmosfer.
4. Presipitasi
Tahap ketiga pada proses terbentuknya hujan adalah presipitasi, yaitu saat partikel atau butiran-butiran es tadi berubah menjadi cairan dan kemudian jatuh ke Bumi. Semakin banyak butiran es yang ditampung oleh awan, maka awan menjadi semakin berat dan menyebabkan titik-titik hujan.
Saat titik-titik hujan turun ke bawah, kecepatannya diperkirakan sekitar 0,01 – 5 cm/s. Presipitasi terjadi saat butiran es di dalam awan jatuh ke permukaan Bumi. Tapi, tidak semua butiran es akan menjadi hujan jika kecepatan aliran udara di sekitar awan lebih tinggi.
Awan yang terbentuk melalui serangkaian proses di atas dan siap menjatuhkan hujan tidak hanya diam di tempat tapi bisa bergerak kesana kemari karena terbawa oleh angin. Inilah kenapa di satu tempat bisa hujan dan di tempat lain tidak.
Proses terbentuknya hujan es sebenarnya mirip dengan hujan air pada umumnya. Hanya saja, ada perbedaan pada ketinggian awan dan suhu di udara.
Jika awan yang mengandung partikel es tadi semakin naik ke atas, maka suhu udara di sekitar akan semakin dingin, bukan? Inilah yang membuat hujan es atau dikenal dengan salju.
Jenis-jenis Hujan
Secara umum ada tiga jenis hujan di Bumi, yang prosesnya sama semua seperti di atas. Ketiga jenis hujan ini adalah:
- Hujan Orografis
Istilah yang lebih sederhana dari jenis hujan ini adalah hujan pegunungan. Hujan ini bisa terjadi jika awan yang berisi butiran es tadi terbawa oleh angin hingga naik ke atas sampai pegunungan. Saat awan bertambah berat, maka turunlah hujan. - Hujan Zenithal (Konveksi)
Hujan ini bisa terjadi karena pengaruh pemanasan yang ada di garis khatulistiwa. Saat udara Bumi semakin memanas, maka penguapan tadi akan naik secara vertikal atau dikenal juga dengan konveksi. Hal ini membuat massa udara menjadi turun dan pada akhirnya mengembun. - Hujan Frontal
Jika massa udara dingin dan panas bertemu di sepanjang daerah mirin (dikenal dengan front), maka akan terjadi hujan frontal. Pada daerah ini juga bisa terjadi pengembunan yang lebat dan menciptakan tetesan hujan.
Proses terbentuknya hujan di atas terus berulang dari tahap satu sampai lima. Jadi selama air di permukaan Bumi masih ada, maka hujan yang turun dari langit juga akan terus ada.